Minggu, 10 Agustus 2014

renungan mingguan


Mgg Biasa  XVI th A
20 Juli 2014

Bahan bacaan;
Bacaan  I : Keb.12:13.16-19
Bacaan II : Rom.8:26-27
Bac. Injil  : Mat.13:24-43
Rangkuman Bacaan:
Kitab kebijaksanaan menggambarkan bagaimana Allah sebagai Pribadi yang kuat kuasa dan berdaulat atas segala sesuatu, berlaku adil dalam penghakiman. Adil dalam pengertian Allah adalah menjaga kehidupan. Hanya kepada orang yang tidak percaya dan melawanNya Allah menggunakan kekuasaanNya. Kekuasaan Allah tidak dipergunakan secara sewenang-wenang. Hal ini mengajarkan kepada manusia untuk berlaku penuh kasih terhadap sesamanya. Kalau Allah senantiasa memberi kesempatan untuk bertobat, maka semestinya manusia saling memaafkan dan memberi sesempatan bagi sesamanya untuk berkembang dalam kasih.
Paulus mengingatkan kembali bahwa kendati kita ada dalam kondisi berdosa Allah tidak membiarkan kita terus hidup dalam dosa. Allah mengutus Roh Kudus untuk berdoa bagi kita agar hari kita tergerak untuk berbalik kepadaNya. Roh Allah menjaga kita dengan seruan-seruannya yang tak terdengar, namun Allah mendengarNya.
Mateus kembali memberikan pengajaran perihal Kerajaan Allah dalam perumpamaan.Ada tiga perumpamaan yang pertama Kerajaan Allah seumpama biji gandum baik yang ditabur diladang, kemudian musuh-musuhNya menabur biji ilalang. Gandung dan ilalang tumbuh bersama pasti hasilnya berbeda. Perumpamaan kedua biji sesawi. Biji yang bertumbuh dan berproses menjadi pohon. Dan yang ketiga adalah proses ragi yang mengembangkan adonan.
Ketiga perumpamaan itu mau mengungkapkan apa itu Kerajaan Allah. Sabda yang disampaikan itu pada mulanya tak diperhitungkan. Bila sabda jatuh ditempat subur dan dijauhkan dari hambatan maka akan bertumbuh menjadi pohon yang besar. Atau seperti ragi yang membuat adonan gandum mengembang sehingga siap dipanggang menjadi roti.
Kerajaan Allah  bertumbuh tidak dengan cara instan, tetapi melalui proses. Melalui hal-hal yang kecil dan tak berarti dalam keseharian kita diajak untuk selalu membuka hati pada Tuhan. Kuasa Allah sungguh dapat dirasakan manakala kita lemah dan tak berdaya. Pada saat kita merasa berkuasa, hati kita tertutup karena pusatnya adalah aku. Bagaimana kita bersikap atas sabda Allah pada kita ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar